Katoenen_schouderdoek.jpg(370 × 285 piksel, ukuran berkas: 22 KB, tipe MIME: image/jpeg)

Berkas ko dari Wikimedia Commons, mungkin juo d dipakai dalam proyek lain. Katarangan dari lamannyo ado di bawah.

Ikhtisar

Katarangan
English: Traditional weave from mandailing, angkola and toba
Bahasa Indonesia: 'Sadum' berasal dari daerah Batak selatan. Dalam kamusnya, yang diterbitkan pada tahun 1861, Van der Tuuk menulis tentang versi Mandailing. Namun, 'sadum' juga merupakan kain yang sangat penting dan sering dibuat di kawasan budaya Angkola-Batak sebelah utara Mandailing. Penenun Batak Toba selatan membuat versi mereka sendiri, setelah contoh kain ini. Ini sangat populer di Silindungdal pada awal abad ke-20. Pada abad ke-20, popularitas kanvas-kanvas ini meningkat, memberi mereka tempat dalam upacara ritual Batak Toba. Penggunaan kain juga menyebar lebih jauh ke arah utara. Pada awal abad kedua puluh satu, versi kanvas sampai ke wilayah utara Toba, Karo dan Simalungun sangat populer. Versi Angkola tidak selalu mudah dibedakan dari versi Batak Toba yang lebih tua. Selama bertahun-tahun, versi Batak Toba yang lebih modern semakin dikenal karena hal itu, namun diketahui bahwa orang Batak Toba telah mengambil alih motif, garis-garis pada arah lungsin di jalur samping dan warna kanvas dan menerapkannya pada seni tenun mereka sendiri. Di tengah kanvas ini kata 'selamat pakai' (wish of luck untuk pemakainya) ditenun menjadi benang pakan suppletory. Perbatasan pola manik-manik di ujung ujung kain mencirikan kanvas ini seperti yang berasal dari Angkola. Kuas merah yang dibuat di sana juga khas. Kain itu digunakan sebagai kain bahu. Pembuatan kain angkius-Batak 'sadum' jenis ini mengandung beberapa teknik tenun khusus. Salah satunya adalah teknik kilim atau teknik pembungkus pakan (weft wrapping). Sudah menjadi kebiasaan untuk diterapkan pada sederet motif jendela besar yang berjalan dari selvedge ke selvage kain. Penenun menambahkan pakan dengan tangan di rantai sementara kain masih tergantung di alat tenun. Sebuah benang 'wool' yang lebih tebal digunakan untuk ini (lihat Jasper dan Pirngadie 1912: 225, 226, Niessen up / 2004, Techniques: Weft wrapping). Manik-manik dalam pakan adalah, menurut Jasper dan Pirngadie (1912: 226), sebuah hiasan khas Angkola. Manik-manik digantungkan pada pakan dan saat pakan ditambahkan, penenun menempatkan manik-manik di antara benang lungsin. Selanjutnya, Angkola-Batak telah mengembangkan perangkat khusus untuk membuat tepian manik pada kain. Kalung dilekatkan dengan tangan di antara deretan manik-manik (Niessen up / 2004). Sering ada jumbai merah di ujung tepinya. Teknik pembuatannya tidak dijelaskan dalam literatur.
Tanggal circa 1921
date QS:P,+1921-00-00T00:00:00Z/9,P1480,Q5727902
Sumber
institution QS:P195,Q1131589
Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen
Pambuek Tropenmuseum

Lisensi

w:en:Creative Commons
atribusi babagi sarupo
Sanak bebas:
  • untuak babagi – untuak manyalin, manyebarkan, jo mangirimkan karya
  • untuak mancampua – untuak mangadaptasi karya
Di bawah kondisi barikuik:
  • atribusi – Sanak musti maagiah atribusi karya ko jo caro nan ditantuan dek pambuek atau pamacik lisensi (tapi indak jo caro apo pun nan mancaminkan Sanak dipaso atau panggunoan Sanak pado karya tasabuik).
  • babagi sarupo – Kok Sanak maubah, mangganti, atau mambuek turunan dari materi ko, Sanak musti manyebaluaskan jariah Sanak di bawah lisensi nan samo jo materi asali.

Captions

Add a one-line explanation of what this file represents

Items portrayed in this file

menggambarkan Indonesia

status hak cipta Indonesia

berhak cipta Indonesia

Riwayaik berkas

Klik pado tanggal/wakatu untuak mancaliak berkas pado maso tu.

Tanggal/WakatuMiniaturDimensiPanggunoKomentar
kini ko1 Maret 2018 21.23Miniatur untuak versi per 1 Maret 2018 21.23370 × 285 (22 KB)SimartampuaUser created page with UploadWizard

Laman nan mamakai berkas ko: