Wakil Presiden Indonesia

Wakia Presiden Indonesia (namo jabatan rasmi: Wakil Presiden Republik Indonesia) adolah pambantu kapalo nagara sakaligus kapala pamarintahan Indonesia nan basipat luar biasa jo istimewa. Sabagai pambantu kapalo nagara, Wakia Presiden adolah simbol rasmi nagara Indonesia di dunia nan kualitas tindakannyo samo jo kualitas tindakan saurang presiden sabagai kapalo nagara. Sabagai pambantu kapalo pamarintahan, Wakia Presiden adolah pambantu presiden nan kualitas bantuannyo di ateh bantuan nan diagiahan dek Mantari, mamacik kakuasaan eksekutif untuak malaksanakan tugas-tugas pamarintah saari-ari nan didelegasian kapadanyo. Wakil Presiden manjabat salamo 5 taun, jo sasudahnyo dapek dipiliah baliak dalam jabatan nan samo untuak sakali maso jabatan.

Wakia Presiden Republik Indonesia
Pamacik
Ma'ruf Amin

Sajak 20 Oktober 2019
GalaBapak Wakil Presiden (Informal)
Yang terhormat (Formal)
Kadiaman rasmiIstano Wakia Presiden
Manjabaik salamo5 taun
Pamacik partamoMohammad Hatta
Dibentuk18 Agustus 1945
Laman webwww.wapresri.go.id

Pamiliahan suntiang

Manuruik Parubahan Katigo UUD 1945 Pasal 6A, Presiden jo Wakia Presiden dipiliah dalam satu pasangan sacaro langsuang dek rakyat malalui Pamiliahan Umum Presiden jo Wakil Presiden (Pilpres). Sabalunnyo, Presiden (jo Wakia Presiden) dipiliah dek Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya. Pilpres pertama kali di Indonesia diselenggarakan pada tahun 2004.

Jika dalam Pilpres didapat suara >50% jumlah suara dalam pemilu dengan sedikitnya 20% di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia, maka dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, maka pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres mengikuti Pilpres Putaran Kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak dalam Pilpres Putaran Kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih.

Pamiliahan Wakia Presiden nan kosong suntiang

Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, Presiden mengajukan 2 calon Wapres kepada MPR. Selambat-lambatnya, dalam waktu 60 hari MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Wapres.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang lowong suntiang

Dalam hal Presiden dan Wakil Presiden keduanya berhalangan tetap secara bersamaan, maka partai politik (atau gabungan partai politik) yang pasangan Calon Presiden/Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres sebelumnya, mengusulkan pasangan calon Presiden/Wakil Presiden kepada MPR.

Selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari, MPR menyelenggarakan Sidang MPR untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Palantikan suntiang

Sesuai dengan Pasal 9 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Jika MPR atau DPR tidak bisa mengadakan sidang, maka Presiden dan Wakil Presiden terpilih bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung.

Sumpah Presiden (Wakil Presiden):

"Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Janji Presiden (Wakil Presiden):

"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Pemberhentian suntiang

Usul pemberhentian Presiden/Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR.

Apabila DPR berpendapat bahwa Presiden/Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden/Wakil Presiden (dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR), DPR dapat mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi, jika mendapat dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.[1][2]

Jika terbukti menurut UUD 1945 pasal 7A maka DPR dapat mengajukan tuntutan impeachment tersebut kepada Mahkamah Konstitusi RI kemudian setelah menjalankan persidangan dalam amar putusan Mahkamah Konstitusi RI dapat menyatakan membenarkan pendapat DPR atau menyatakan menolak pendapat DPR.[3] dan MPR-RI kemudian akan bersidang untuk melaksanakan keputusan Mahkamah Konstitusi RI tersebut.

Tando kahormatan suntiang

Seorang Wakil Presiden Indonesia akan secara otomatis menerima semua Tanda Kehormatan Bintang sipil, yaitu:[4]Templat:Daftar-kolom

Caliak pulo suntiang

Referensi suntiang

  1. Muhammad Nur Hayid (31 Oktober 2010). "Dalam Konstitusi, Wapres Bisa Dimakzulkan". detikNews. Diakses tanggal 31 Oktober 2010. 
  2. Laurencius Simanjuntak (22 Januari 2010). "Wapres Bisa Jadi Presiden, Kemudian Memilih Wakilnya". detikNews. Diakses tanggal 22 Januari 2010. 
  3. Pasal 83 ayat (2) UU MK
  4. "Tanda Kehormatan yang dimiliki Presiden" (dalam bahasa Indonesia). Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 10 Mei 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-18. Diakses tanggal 23 Agustus 2019. 

Pranala lua suntiang