Pabedaan antaro revisi dari "Adityawarman"

Konten dihapus Konten ditambahkan
k . using AWB
k . using AWB
Barih 36:
|}}
 
'''Adityawarman''' adalahadolah palanjuik dari Dinasti [[Mauli]] panguaso pado [[Karajaan Malayu]] nan sabalunnyo baibukota di [[Dharmasraya]], manuruik manuskrip pangukuhannyo, Adityawarman manjadi panguaso di [[Malayapura]] atau ''Kanakamedini'' pado taun 1347 nan bagala '''Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa'''<ref name="Kern1" />, nan dikamudian hari ibukota dari karajaan ko pindah ka daerah padalaman [[Minangkabau]], yaitu [[Pagaruyuang]], [[Tanah Data]].
<!--
== Asal-Usul ==
Berdasarkan [[Prasasti Kuburajo]]<ref name="Kern2">Kern, J.H.C., (1913), ''Grafsteenopschrift van Koeboer Radja'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlands-Indië, p. 401–404.</ref>, Adityawarman adalahadolah putra dari ''Adwayawarman''. Sedangkan dari [[Prasasti Bukit Gombak]] dikatakan bahwa Adityawarman adalahadolah putra dari ''Adwayadwaja''<ref>Djafar, Hasan, (1992), ''Prasasti-Prasasti Masa Kerajaan Melayu Kuno dan Permasalahannya'', Seminar Sejarah Melayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992. Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi.</ref>. Nama ayahnya ini mirip dengan nama salah seorang pejabat penting [[Kerajaan Singhasari]] (''Rakryān Mahāmantri Dyah Adwayabrahma'') yang pada tahun [[1286]] mengantar [[Arca Amoghapasa]] untuk dipahatkan di [[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]] sebagai hadiah dari [[Kertanagara]] raja Singhasari kepada [[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]] raja [[Melayu]].
 
Adityawarman dalam ''[[Pararaton]]''<ref name="Mangku">Mangkudimedja, R.M., (1979), ''Serat Pararaton''. Alih aksara dan alih bahasa Hardjana HP. Jakarta, Departemen P dan K, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.</ref> dan ''Kidung Panji Wijayakrama'' disebut dengan nama ''Tuhan Janaka'' yang bergelar ''Mantrolot Warmadewa''. Ibunya bernama [[Dara Jingga]] putri [[Kerajaan Melayu]] di [[Dharmasraya]]. Dara Jingga bersama adiknya [[Dara Petak]] ikut bersama tim [[ekspedisi Pamalayu]] yang kembali ke [[Jawa]] pada tahun [[1293]]. Ahli waris Kertanagara yang bernama [[Raden Wijaya]] mengambil Dara Petak sebagai permaisuri dan bahwa Dara Jingga ''sira alaki dewa'', yaitu bersuamikan kepada seorang “dewa” (bangsawan).
Barih 49:
 
== Peran di Majapahit ==
Menurut sebagian sejarahwan Adityawarman dilahirkan dan dibesarkan di [[Majapahit]]<ref>Hardjowardojo, R. Pitono, (1966), ''Adityawarman, Sebuah Studi tentang Tokoh Nasional dari Abad XIV'', Djakarta: Bhratara.</ref><ref name="Muljana2">Slamet Muljana, (2005), ''Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara'', Yogyakarta: LKiS, ISBN 979-98451-16-3</ref> pada masa pemerintahan [[Raden Wijaya]] (1294–1309). Menurut ''[[Pararaton]]'', raja kedua Majapahit, yaitu [[Jayanagara]], adalahadolah putra Raden Wijaya yang lahir dari [[Dara Petak]]. Dengan demikian, hubungan antara Adityawarman dengan Jayanagara adalahadolah saudara sepupu sesama cucu raja Melayu dari [[Kerajaan Dharmasraya]]. Dari versi lain, mereka disebutkan juga saudara seayah sesama anak Raden Wijaya alias Kertarajasa Jayawardana<ref name="Berg" />.
 
Dengan hubungan kekeluargaan yang begitu dekat, maka ketika Jayanagara menjadi raja, Adityawarman dikirim sebagai duta besar Majapahit untuk [[Cina]] selama dua kali yaitu pada tahun [[1325]] dan [[1332]]. Dalam kronik [[Dinasti Yuan]] ia disebut dengan nama ''Sengk'ia-lie-yu-lan''<ref name="Muljana2" />. Pengiriman utusan ini menunjukkan adanya usaha perdamaian antara Majapahit dengan bangsa [[Mongol]], setelah terjadinya perselisihan dan peperangan pada masa Singhasari dan zaman Raden Wijaya.
Barih 57:
== Kontroversi mengenai Adityawarman ==
=== Identifikasi dengan Arya Damar ===
[[Arya Damar]] adalahadolah tokoh dalam ''Kidung Pamacangah'' dan [[Babad Arya Tabanan]], yaitu sebagai bupati [[Palembang]] yang berjasa membantu [[Gajah Mada]] menaklukkan [[Bali]] pada tahun [[1343]]. Di dalam Babad Arya Tabanan diceritakan bahwa Arya Damar adalahadolah keturunan bangsawan (wangsa ksatria, [[bahasa Bali]]: ''arya'') yang berasal dari [[Kerajaan Kadiri|Kediri]].<ref>Darta, A.A. Gde, A.A. Gde Geriya, A.A. Gde Alit Geria, (1996), ''Babad Arya Tabanan dan Ratu Tabanan'', Denpasar: Upada Sastra.</ref> Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman.<ref name="Berg">Berg, C.C., (1985), ''Penulisan Sejarah Jawa'', (terj.), Jakarta: Bhratara.</ref>
 
=== Identifikasi dengan Akarendrawarman ===
Barih 67:
 
== Berita dari Cina ==
Catatan [[Dinasti Ming]] ([[1368]]-[[1644]]) menyebut di San-fo-tsi (Sumatera) terdapat tiga orang raja.<ref name="Muljana2" /> Mereka adalahadolah ''Sengk'ia-li-yu-lan'' (alias Adityawarman), ''Ma-ha-na-po-lin-pang'' (Maharaja Palembang), dan ''Ma-na-cha-wu-li'' (Maharaja Dharmasraya). Sebelumnya pada masa [[Dinasti Yuan]] ([[1271]]-[[1368]]), Adityawarman juga pernah dikirim oleh [[Jayanegara]] sebanyak dua kali sebagai duta ke [[Cina]]. Nama yang sama pada masa Dinasti Ming masih merujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali mengirimkan utusan sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377<ref name="Cas" />. Berita ini dapat dikaitkan dengan penemuan ''[[Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah]]'' di [[Kerinci]] yang diperkirakan berasal dari zaman Adityawarman. Naskah tersebut menyebutkan tentang adanya ''Maharaja Dharmasraya''. Jika dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang [[Arca Amoghapasa]], Adityawarman bergelar '''Maharajadiraja''' dan membawahi [[Dharmasraya]] dan [[Palembang]].<ref name="Kozok">Kozok, Uli, (2006), ''Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah: Naskah Melayu yang Tertua'', Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-603-6.</ref> Melihat gelar yang disandang oleh Adityawarman, terlihat ia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal sebelumnya, ''Mauli'' merujuk garis keturunannya kepada Dinasti [[Mauli]] penguasa [[Dharmasraya]] dan gelar ''[[Sri Udayaditya Warmadewa|Sri Udayadityavarman]]'' pernah disandang oleh salah seorang raja [[Sriwijaya]] serta menambahkah [[Rajendra Chola|Rajendra]] nama penakluk Sriwijaya, [[Dinasti Chola|raja Chola]] dari [[Koromandel]]. Hal ini dilakukannya untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa yang ada di ''bhumi malayu'', sesuai dengan manuskrip pengukuhannya sebagai ''Maharajadiraja'', bahwa Adityawarman menyebutkan dirinya sebagai ''pelindung persatuan dan menentang perpecahan dalam kerajaannya''.
 
== Pindah ke Bhumi Malayu ==
Barih 77:
Dari [[prasasti Suruaso]] yang beraksara [[Melayu]] menyebutkan Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi ''taman Nandana Sri Surawasa yang senantiasa kaya akan padi''<ref>Casparis, J.G., (1990), ''An ancient garden in West Sumatra'', Kalpataru, 40-49.</ref>, yang sebelumnya dibuat oleh pamannya yaitu [[Akarendrawarman]] yang menjadi raja sebelumnya, sehingga dapat dipastikan sesuai dengan [[adat Minangkabau]], pewarisan dari ''mamak'' (paman) kepada ''kamananakan'' (keponakan) telah terjadi pada masa tersebut<ref name="Kozok" />. Selain itu juga terlihat kepedulian Adityawarman untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakatnya dengan tidak bergantung kepada hasil hutan dan tambang saja.
 
Ada pendapat yang mengatakan kenapa Adityawarman tidak bertahta di [[Dharmasraya]] karena dia tidak memiliki hak atas kerajaan Dharmasraya tidak dapat dibuktikan, karena dari sisi ibunya [[Dara Jingga]] adalahadolah salah seorang putri dari ''[[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]]'' raja Melayu sebagaimana yang disebut pada ''Pararaton'', dan lagi pula dari manuskrip pada bagian belakang Arca Amoghapasa, Adityawarman jelas menyatakan dirinya sebagai raja dari ''bangsa'' Mauli serta ''memulihkan keadaan sebelumnya''<ref> Kern, J.H.C., (1907), ''De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka'', Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.</ref>, Arca Amoghapasa ini sebelumnya merupakan hadiah dari [[Kertanagara]] dan ditempatkan di [[Dharmasraya]], sebagaimana tersebut dalam [[prasasti Padang Roco]]<ref name="Muljana4">Muljana, Slamet, (1981), ''Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi'', Jakarta: Yayasan Idayu.</ref>.
 
Kemungkinan yang menyebabkan Adityawarman untuk memindahkan pusat kerajaannya lebih ke dalam yaitu daerah pedalaman (Pagaruyung atau Suruaso) adalahadolah sebagai salah satu strategi untuk menghindari konfrontasi langsung dengan kerajaan [[Majapahit]], yang pada masa itu lagi gencarnya melakukan penaklukan perluasan wilayah dibawah Mahapatih [[Gajah Mada]], karena dari gelar yang disandang oleh Adityawarman jelas menunjukan kesetaraan gelar dengan gelar raja di Majapahit, sehingga hal ini dapat menunjukan bahwa Adityawarman memang melepaskan diri dari pengaruh kerajaan Majapahit. Namun ada juga pendapat lain berasumsi bahwa Adityawarman pindah ke daerah pedalaman untuk dapat langsung mengontrol sumber [[emas]] yang terdapat pada kawasan [[Bukit Barisan]] tersebut<ref>Miksic, John., (1985), ''Traditional Sumatran Trade'', Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient.</ref>.
 
Walaupun memerintah dari kawasan pedalaman namun hubungan perdagangan dengan pihak luar tetap terjaga, hal ini terlihat dari catatan Cina yang menyebutkan, Adityawarman pernah mengirimkan utusan sebanyak 6 kali. Selain itu salah satu dari prasasti yang ditemukan di [[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]] juga terdapat prasasti yang beraksara ''Nagari'' (Tamil), jadi pengaruh [[India]] selatan pun telah sampai ke ranah [[Minang]].
Barih 156:
 
== Silsilah Adityawarman ==
Di bawah ko adalahadolah salisilah Adityawarman.
 
{{familytree/start|style=font-size:95%;margin-left: -165px;;line-height:100%;}}